Memandangi lautan biru, tentu kurang afdhol jika tidak diabadikan dalam
jepretan kamera. Gugusan pulau kecil yang terserak, terlihat seperti
penambah daya tarik. Mereka seperti pion-pion catur yang terhampar di atas
papan luas tak bertepi yang berwarna biru. "Apakah Tom Hank masih ada di
salah satu pulau kecil itu? Mungkin tidak ada salahnya meminta kapten kapal
untuk sejenak menepi dan melihat kondisi."
"Tom Hank sudah di jemput oleh kapal ferry sebelumnya Mas", seseorang di
sebelah menimpali sambil tersenyum.
"Ow, begitu ya", dari yang awalnya hanya bergumam, bersambut menjadi sebuah
percakapan. "Bagaimana kapal sebelumnya bisa tahu kalau si Tom Hank ada di
situ?", ku sambut celetukan dari orang sebelah dengan sebuah pertanyaan agar
pembicaan menjadi panjang.
"Teman-temannya Tom Hank kan banyak disini Mas. Tuh, lihat di belakang. Mereka
yang laporin kalau kehilangan teman".
Seketika ku menoleh ke belakang. Yang dia maksud ternyata para bule backpacker
yang sedang bercengkerama di tempat duduk. Tidak jauh dari tempat duduknya,
terbaring di dek beberapa papan seluncur. Sepertinya mereka bermaksud untuk
surfing disini.
"Para bule itu?", tanyaku
"Betul Mas", jawabnya.
"Kok kamu tahu kalau mereka teman-temannya Tom Hank?", tanyaku lagi.
"Tom Hank kan juga bule Mas.", jawabnya
"Ow", dan akupun sekarang paham. Ternyata dia sedang bercanda. Sedikit senyum
kubuat untuk meresponnya.
Sebelum membalas candaannya, datang seorang perempuan berjilbab, "Mas, boleh
minta tolong di photoin?".
Melihat diriku yang jeprat jepret dari tadi, sepertinya dia tertarik untuk
dijadikan model atau penghias photo. Mungkin dia tadi sempat mengintip hasil
jepretanku yang lumayan menarik.
"Pakai hape saya saja Mas", katanya sambil menyodorkan hape.
"Oke, mau di photo dimana mbak?".
"Sini Mas ikut saya".
Bergegas mbaknya melangkah ke arah aku menoleh tadi. Yaitu ke tempat para bule
berkumpul. Aku mengikutinya dari belakang. Didekatinya seorang bule laki-laki
yang terlihat tinggi. Bercakap mereka sebentar.
"Ayo Mas, sudah siap, di photo yang banyak ya".
Diriku tidak langsung mem-foto. Karena kulihat disamping pria bule tadi ada
perempuan bule juga disebelahnya. Sepertinya mereka pasangan. Terlihat
wajahnya memerah. Entah memerahnya itu karena dia seorang bule atau karena dia
lagi jutek karena pasangannya di gandeng perempuan lokal.
Mbak, yang disampingnya itu kelihatan jutek. Gak permisi ke nyonyanya dulu
ta?", tanyaku.
"Gapapa mas, langsung jepret saja, nanti momennya hilang".
Sigap, langsung ku pencet tombol shutter kamera di hape. Prat pret prat pret,
selesai. Hape segera kukembalikan ke yang punya.
Setelah itu tak lupa kuucapkan terima kasih ke pria bule tadi. Terima kasih
juga kuucapkan untuk perempuan disampingnya. Ternyata dia tersenyum.
Sepertinya dia tidak jutek karena pasangannya dipinjam sebentar sama mbaknya
tadi.
Sampai titik ini aku teringat dengan perkataan seorang teman bule dari
Belanda. Saat itu kami bercakap santai disebuah lobby hotel di Sulawesi. Dia
cerita kalau saat dia cuti, sering meluangkan waktunya untuk jalan-jalan
keliling Indonesia. Sebuah negeri dimana para mbahnya dulu pernah melakukan
hal-hal yang memang tidak bisa diterima. Namun ada satu mbah yang dia
banggakan yang bernama Douwes Dekker.
Douwes Dekker yang dia maksud disini adalah sang "kakek" penulis novel satir
"Max Havelaar" yang mempunyai nama pena Multatuli, bukan sang "cucu" anggota
tiga serangkai pendiri "Indische Partij" bersama Ki Hajar Dewantara.
Kenapa dia bangga? Tidak lain karena tidak semua orang belanda setuju dengan
adanya penjajahan terutama tanam paksa.
Kembali ke kisah jalan-jalan wisatanya di wilayah Indonesia. Borobudur, Bali,
Lombok sudah sempat dia singgahi. Keindahan alamnya sangat dia kagumi. Namun
ada satu hal yang membuat dia merasa tidak nyaman saat berwisata dimana disana
banyak berkumpul banyak orang. Yaitu karena warga lokalnya yang suka mengajak
ber-photo bersama. Dia merasa risih karena merasa bukan seorang artis. Semakin
rame tempatnya, semakin banyak pemberhentian untuk ber-photo ria.
Tapi sepertinya bule di kapal ferry saat ini tidak seperti itu. Senyumnya
ramah pertanda tidak ada masalah. Semoga akan tetap seperti itu.
No comments:
Post a Comment